Jumat, 30 November 2012

Betapa kumerindumu.. Ayah

aku menyayangimu ayah..
Ayah... sosok seorang laki-laki yang sangat berarti bagiku sebagai seorang anak perempuan dan mungkin juga bagi anak-anak perempuan yang lain.karena selain ibu ialah yang selalu melindungiku, mengajariku, dan mengingatkanku disaat aku melakukan kesalahan. ia membentukku hingga aku menjadi seperti saat ini, kesederhanaannya, keuletannya, kedermawanannya, dan kedekatannya pada tuhan selalu menjadi inspirasi dalam jejak-jejak kehidupanku.

Walau kadang aku sering membuatmu marah dan kesal karena ulah masa kecilku yang nakal, tapi itu sama sekali tak mengurangi rasa sayangmu. Bahkan jika aku menangis setelah bertengkar dengan kakak kau selalu membelaku dan kemudian mengajakku bersepeda mengelilingi kampung hanya untuk menghiburku agar tidak menangis lagi.

Saat aku mulai masuk sekolah, kau selalu mengantarkanku dengan sepeda tuamu pagi-pagi agar aku tidak terlambat sampai sekolah. selain itu, setiap aku akan menghadapi moment-moment penting dalam hidup seperti akan tes, ujian akhir, atau akan mengikuti perlombaan, dimalam harinya kau selalu bangun dan membangunkan aku untuk shalat malam dan berdoa. Bagimu pendidikan agama adalah nomer satu, dan itu yang kau tanamkan pada anak-anakmu sejak mereka kecil. Dan aku bersyukur sekali karena ternyata masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung aku, disaat usia mereka sudah dewasa, tapi masih terbata-bata dalam membaca al-quran, masih belum bisa shalat, masih bertingkah laku yang menyimpang dari ajaran agama, padahal mereka terlahir dengan status agama yang sama denganku, itu tak lain karena pola pendidikan yang mereka dapatkan dalam keluarganya tak seperti apa yang telah aku dapatkan darimu.

Setibanya waktu aku harus meninggalkanmu dan ibu, jauh merantau kejakarta untuk menuntut ilmu, kau selalu menguatkanku dengan kata-penyemangatmu yang sering kau sampaikan walaupun via telpon sekali dalam seminggu, doamu yang terus mengalir untukku didalam setiap doa-doa malammu, membuat aku semakin tegak berdiri, melangkah dan menerobos setiap halangan yang merintang. Namun, banyak khilafku yang kadang terlalu sibuk dengan segudang aktivitas kampus, hingga tak sempat menghubungimu walau hanya sekedar menanyakan kabarmu dan ibu atau sebaliknya memberikan kabar tentang kehidupanku. Dan itulah engkau, kau tak akan pernah marah sedikitpun dengan segala kelakuanku.

Hingga akhirnya tibalah saat itu, disaat hari pertama aku harus menghadapi ujian semester akhir, tiba-tiba telponku berdering, dan diujung sana kudengar suara kakakku mulai berkata sambil menagis terisak, mengabari bahwa kau mengalami kecelakan parah sampai rumah sakit lokal tak mampu menangani sehingga terpaksa kau harus dirawat di ICU. seketika itupun telpon terjatuh dari genggaman, tubuhku lunglai dan air mata bercucuran deras tanpa sanggup lagi aku menahannya, terbayang darah yang mengucur dari kepalamu, membasahi baju yang saat itu kau pakai, sungguh aku ingin berlari menghampirimu dan memelukmu seerat mungkin ayah, aku ingin menemanimu, merawatmu, tapi apalah daya... masih dua minggu lagi waktu yang harus aku lalui untuk menyelesaikan UAS. Sebagai penghibur, aku selalu mengingat kata-katamu disaat menyemangatiku saat akan ujian dulu. Dan juga tak lupa kupanjatkan doa pada yang kuasa agar segera menyembuhkanmu. walau sungguh berat hari-hari yang aku rasakan, karena aku terus memikirkanmu, dan tak sedikit materi ujian yang terserap sempurna dalam otakku. karena hanya satu yang tersisa, yaitu segera pulang dan menemanimu di Rumah sakit.

Waktu yang dinantipun tiba, akhirnya aku bisa menemuimu. namun saat kuhampiri ranjangmu, kau tetap terdiam, matamupun terpejam tanpa menghiraukan kehadiranku, setelah aku goyang-goyangkan badanmupun kau tetap diam, dan akhirnya ada perawat berkata bahwa kau mengalami koma sudah hampir dua minggu karena kecelakaan itu telah menyerang saraf dan tim dokter tak mau mengambil resiko untuk mengoperasimu dengan pertimbangan faktor usiamu yang telah senja. aku hanya bisa terisak disampingmu, dan aku peluk kau erat-erat sambil terus mengajakmu berbicara seolah kau mendengar segala perkataanku, tak peduli orang-orang sekeling yang menatapku aneh, aku tetap mencurahkan segala isi hatiku, seperti sebelum-sebelumnya jika aku pulang kerumah saat libur panjang, aku selalu memberondongimu dengan segala cerita-cerita dan curahan hatiku.

Bahagia sekali rasanya dan syukur tak terhingga setelah mendengar perkataan dokter yang membolehkanmu pulang kerumah setelah satu bulan tinggal dirumah sakit, sudah seperti penghuni tetap, sampai aku mulai hapal satu persatu nama-nama dokter yang setiap hari memeriksamu, perawat yang selalu mengganti infus dan juga cut teatermu, orang-orang dapur yang setiap hari mengantar makananmu, bahkan sampai OB yang silih berganti membersihkan kamarmupun aku mengenalnya. Tapi ternyata itu sebuah euforia semata, karena hanya semalam kau berbaring dirumah dan hanya semalam pula kau sempat berinteraksi dengan kami sekeluarga, memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kami, sorenya kau meninggalkan kami untuk selamanya.

 Tepatnya pada hari sabtu 24 Juli 2010 saat terakhir aku bisa melihat senyummu dan juga tatapan matamu yang teduh namun  penuh arti, seolah kau ingin membisikan kata-kata perpisahan yang tak mampu kau lontarkan dengan lisanmu yang mulai kelu. Disampingmu kuhanya bisa terdiam, terpaku, dan berusaha menahan butiran air yang terus saja memaksa untuk keluar lewat kedua bola mataku. Samar-samar aku dengar ibu yang tak pernah lelah dan putus asa membimbingmu membaca talqin sebagai kata terakhir yang mengantarmu menuju perjumpaan indah yang telah kau nantikan dengan sang Rabbul Izzati. Setelah tersadar dari tangis, kumenatap lekat kewajahmu, dan disana tersungging senyum dengan mata yang sudah terkatup. Ayah, aku tahu Tuhan lebih menyayangimu daripada orang sekitar yang kau tinggalkan, termasuk aku dan sejak itupun aku berusaha untuk mulai mengikhlaskan kepergianmu. Setiap sujud dan doaku selalu terselip namamu, semoga Tuhan menempatkanmu bersama kekasih-kekasihNYA di surga. dan aku juga senantiasa memohon agar Tuhan mengijinkan kita berkumpul kembali dalam kebahagian abadi disana.

Tak terasa sudah hampir tiga tahun kau meninggalkan kami, meninggalkan ibu, kakak, dan juga aku. Namun tak sedikitpun kenangan tentangmu lekang disapu waktu yang setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, hingga setiap tahunnya selalu bergulir jauh meninggalkan hari dimana kau dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan.

Sepucuk rindu ini aku titipkan pada semburat lembayung yang selalu setia hadir menghiasi setiap langit senjaku, seperti kala itu kau selalu menemani dan mengajariku mengaji dimusholla kecil kita tercinta dengan disaksikan indahnya lembayung senja. Dan akan tetap seperti itulah senja, ia selalu memberikan keindahannya dan menunjukan dengan bangga akan kebesaran sang pencipta kepada seluruh umat manusia. begitu juga denganku yang akan terus bahagia dan bangga memiliki ayah sepertimu.


Jakarta, 30 November 2012
untuk semua anak yang merindukan ayahnya




Kamis, 08 November 2012

Gerimis Kau Jadikan Payungku














Dibelantara hatimu....
Rindu menyerak... memberai...
Tersapu hembusan semilir bayu
Kala gemuruh badai datang menggebu 
Merenggut asa yang kugayut dijantungmu

Kau penebar debar di dadaku
Tidakkah kau tahu yang tersirat direlungku.... ??!

Setangkup rindu mengharu biru
Mengaduh bagai leluka yang tersayat sembilu

Duhai panorama senjaku...
Kaulah pencipta keindahan diawal malamku

Simpulan syalmu dilenganku
Tak lagi erat mengikat
Setelah gerimis kau jadikan payungku

Namun hatiku bukanlah batu
Meski tak sebening embun dan selembut salju
Aku tak akan pernah melelah dirundung rindu
Dan adalah kamu yang berdenyut dinadiku...
Hingga nafas ini terhenti..
Kau akan selalu hadir bersama gerimis senjaku 
Menghiasi hari-hari dalam hidupku...
Dan aku berjanji untuk menjadi yang terbaik bagimu...
*for my lovely friend, you are mine ^_^